Langsung ke konten utama

Kucing dan Singa (Cerpen)

Kucing dan Singa

Suatu hari seekor anak singa yang masih sangat kecil kehilangan ibunya di hutan, dia bahkan belum mengenali dirinya sendiri. Sampai bertemu dengan seekor kucing betina dan kelima anak-anaknya. Merasa kasihan dengan anak singa tersebut, akhirnya ibu kucing pun membawanya untuk ikut serta bersama mereka. Ibu kucing merawatnya, mengasuh, dan menjaganya selayaknya anaknya sendiri. Sampai suatu waktu, anak singa tumbuh berbeda dengan saudara-saudara kucingnya. Tubuhnya lebih besar, cakar yang kuat, gigi yang tajam dan bulu yang lebat. Melihat hal itu, anak singa merasa heran. Maka ia bertanya kepada ibunya.

“Ibu, kenapa aku berbeda dengan saudara-saudara yang lain? Apa aku benar-benar seekor kucing?” kata anak singa.

Ibu kucing yang sudah menganggap anak singa itu sebagai anaknya sendiri pun akhirnya menjawab, “Ya, kamu adalah seekor kucing! Sama seperti saudara-saudara mu yang lain.”

“Lalu mengapa aku terlihat begitu berbeda dengan mereka?” tanyanya lagi.

“Karena setiap makhluk hidup memang tidak selalu tampak sama.” Hanya begitu jawab ibu kucing. Bahkan setiap kali anak singa bertanya kenapa, ibu kucing selalu menjawab hal yang sama. Dan itu membuat anak singa begitu yakin bahwa dia adalah seekor kucing.

Suatu hari seekor singa jantan yang sedang kelaparan berjalan di hutan, mencari makan. Sampai pada akhirnya ia melihat beberapa ekor kucing. Sang singa pun mendekatinya, mencoba memangsanya. Namun betapa terkejutnya dia melihat singa kecil berada di tengah-tengah kumpulan kucing-kucing tersebut. Singa pun menghampiri dan bertanya.

“Hei singa kecil, mengapa kau berada disini?” kata singa jantan dewasa.

“Karena aku adalah seekor kucing, mereka saudaraku.” Jawab anak singa.

Mendengar jawaban itu sang singa dewasa tertawa.

“Hahahahaa…kau adalah seekor singa nak, bukan kucing. Mereka adalah santapanmu, bukan saudara.” Jelas sang singa jantan.

Tapi anak singa tetap bersikukuh bahwa dirinya adalah seekor kucing, bukan singa. Sang singa jantan geram dan pergi, namun ia terus memperhatikan perkembangan anak singa tersebut.

Hari demi hari anak singa terus bertingkah laku sebagai seekor kucing, singa jantan semakin geram. Ia pun menghantam kumpulan kucing tersebut. Anak singa yang merasa saudaranya terancam bahaya pun segera menyerang sang singa jantan. Ia mengaum, mencakar, menggigit selayaknya seekor singa.

Sampai singa jantan kehabisan tenaga dan menyerah. Anak singa menang. Tetapi pada akhirnya singan jantan dewasa tertawa.

“Hahaha…kau anak singa bukan? Seekor kucing tidak akan bisa mengalahkan seekor singa, tetapi kau bisa mengalahkanku. Karena kau seekor singa, kau adalah raja hutan.”

Anak singa pun tersentak, ia baru saja melihat siapa dirinya saat melawan singa jantan dewasa. Bahwa dirinya bukan seekor kucing, tetapi seekor singa.

Melihat hal itu kita seharusnya sadar, bahwa dalam diri kita mungkin kita adalah seorang yang luar biasa. Maka kenalilah diri kita sendiri. Karena kita tidak akan berkembang apabila kita terus berpikir bahwa diri kita adalah sesuatu yang biasa. Jadi, kalau kita bisa menjadi seorang yang luar biasa, kenapa hanya memilih menjadi orang yang biasa-biasa saja???

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

USAHA KERAJINAN KAOS KAKI

Saat liburan menjelang lebaran, setiap orang sibuk dengan segala hal mengenai perlengkapan lebaran hingga perlengkapan menjelang masuk sekolah. Salah satu hal yang dibutuhkan saat memasuki tahun ajaran baru adalah kaos kaki dan itu mudah ditemui di daerah sekitar rumah saya tepatnya di daerah Ciawi, kota Bogor. Disana terdapat dua usaha kerajinan kaos kaki yang memproduksi sebagian besar kebutuhan kaos kaki di kota saya. Salah satu dari usaha kaos kaki tersebut adalah usaha milik Pak Nana dan Pak Azan. Saat liburan dan setelah lebaran, saya sempat mengantar beberapa saudara saya untuk membeli kaos kaki di tempat usaha tersebut. Yang pertama adalah mengantar saudara saya ke tempat usaha kerajinan kaos kaki milik Pak Azan. Sambil bersilahturahmi dengan keluarga Pak Azan, kami sempat berbincang dengan istri pak Azan mengenai usaha kaos kaki yang di jalani oleh Pak Azan selama ini. Pak Azan sudah mendirikan usahanya sekitar 8 tahun. Dimulai dengan bekerja ditempat industri kaos kaki lain d...

The Relative Pronoun

A clause is a group of words containing a subject and a verb. An independent clause is a complete sentence. It contains the main subject and verb of a sentences. It is also called a main clause. A dependent clause is not a complete sentence. It must be connected to an independent clause. An adjective clause is a dependent clause that modifies a noun. It describes, identifies, or gives further information about a noun. An adjective clause is also called a relative clause. A.     Using Subject Pronouns : WHO, WHICH, THAT Example : - I thanked the woman. -           She helped me. (a)     I thanked the woman who helped me. (b)    I thanked the woman that helped me. Example : - The book is mine. -           It is on the table. (c)     The book which is on the table is mine. (d)  ...

New Exercise part 2

Exercise 38 page 139 1.       George is the man chosen to represent the committee at the convention. 2.       All of the money accepted has already been realesed. 3.       The papers on the table belong to Patricia. 4.       The man brought to the police station confessed to the crime. 5.       The girl drinking coffee is Mary Allen. 6.       John’s wife, a professor, has written several papers on this subject. 7.       The man talking to the policeman is my uncle. 8.       The book on the top shelf is the one that I need. 9.       The number of students been counted is quite high. 10.   Leo Evans, a doctor, eats in this restaurant every day.